Kisah Warga Pemalang Bikin Tanggul Rob 1,5 Km Pakai Bambu dan Ban Bekas
Pemalang – Abrasi dan banjir rob telah mengancam wilayah Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Pemalang, sejak tahun 2019. Tanah yang terkikis membuat daratan kian tergerus. Bahkan, puluhan warung yang sebelumnya jauh dari bibir pantai, rusak akibat gelombang pasang.
Warga pun memutar otak untuk membuat pemecah gelombang dari bahan yang mudah didapat dengan biaya yang terjangkau, yakni bambu. Namun, pada perkembangannya, mereka juga memodifikasi menggunakan limbah dari ban mobil yang tidak terpakai.
Tohirin, warga dan tokoh masyarakat Desa Blendung, warga juga menggunakan ban bekas mobil. Bukan tanpa alasan, mereka sebelumnya mendapatkan informasi pemecah ombak laut dari YouTube.
“Ini kan inisiatif dari kita. Kawan-kawan melihat dari berbagai media sosial, banyak yang menggunakan ban bekas sebagai pemecah ombak,” ungkapnya, Jumat (18/10/2024).
Bambu yang sebelumnya memang sudah terpancang di bibir pantai untuk pemecah ombak, ditambahkan ban bekas di sela-sela panjang bambu yang ditanam di pantai. Ban bekas didapat warga dari sekitar Pantura.
Dijelaskan Tohirin, dibutuhkan sekitar 10 ribu ban bekas. Ia berharap ada yang mau menyumbang ban bekas tersebut untuk digunakan sebagai pemecah ombak laut.
“Untuk menahan gelombang, kita kebutuhannya sekitar 10 ribu ban dari ujung barat sampai ujung timur, jadi kita saat ini berusaha mencari ban bekas sebanyak mungkin. Baik dari bengkel-bengkel tambal ban atau pergantian ban, syukur-syukur ada donasi ban bekas,” ungkapnya.
Penggunaan ban bekas yang dipasang di sela-sela bambu sebagai alat pemecah ombak dinilai lebih ekonomis dibandingkan batu yang memerlukan biaya besar.
Tohirin menerangkan rencananya, pemecah ombak yang memakai perpaduan bambu serta ban ini akan dibuat sejauh 1,5 kilometer. “Anggarannya bersumber dari swadaya dan sumbangan masyarakat,” jelasnya.
Sebagai informasi, dahulu Desa Blendung merupakan penghasil bandeng terbesar di Kabupaten Pemalang. Namun, sejak 2019 sudah tidak lagi karena air laut sudah mulai masuk ke daratan, termasuk daerah tambak dan persawahan. Banjir rob pun mulai dikenal warga.
Ketua Penanggulangan Rob Desa Blendung, Haryoto, menjelaskan apa yang dilakukan warga dengan swadaya ini sebagai langkah awal yang sederhana untuk melakukan upaya pencegahan abrasi lebih parah lagi.
“Abrasi sangat berdampak, masuk ke permukiman, terkena banjir rob. Lahan pertanian, bahkan tambak menjadi dampak awal abrasi,” katanya.